Archive for November 9, 2009

memble

“MEMBLE..”
Tman2 khususnya ank2 farmasi UM* pasti familiar dgn kata ini,yg pastinya langsung terlintas nama satu sosok dosen yg slalu lontarin kata itu,entah sebagai bahan gurauan,cacian, ato klo dipikir positifnya sebagai “motivator”. Ini mungkin hanya basa-basi. Tapi kadang perlu juga melihat ke belakang. Masa-masa kuliah yang penuh caci-maki. Waktu dulu dibilangin “Memble”mgkin qt cuma bisa tertawa meskipun dlm hati,seperti ada tamparan hebat, mengingat panjangnya proses yg ditempuh. Merasa diri telah berkorban banyak, tp tak dihargai.
4 tahun menempuh kuliah..bergelut dengan stumpuk jurnal, buku2 tebal (berbahasa inggris lagi), mondar mandir laboratorium,fakultas,dan rumah asisten. Berteman mencit dan kelinci. Dibilang sombong krna jarang ngumpul bareng tman n kluarga. Waktu tidur yg terpangkas habis2an gr2 ngerjain laporan yg syukur klo d ACC,klo dipantuL??hupph.. klo pun s4 tidur bawaanx glisah krn blom blajar u/ respon bsoknya..AMPUNNN!!! tp Alhamdulillah, sesulit apapun itu, buktinya terlewati jg. Meskipun dlm hati kecil (terutama sy sendiri) mrasa diri blum pantas disebut sarjana karna mrasa dangkal dan tak mendapat apa2 dr proses dan perjuangan yg panjang itu.
Sekarang rasanya ingin menertawakan diri sendiri. Ternyata istilah itu bukan hanya cacimaki sang dosen, tapi bukti nyata. Bukti nyata di kehidupan nyata, jikalau ternyata setelah lulus dengan predikat sarjana farmasi, tidak bisa menjadi farmasis yang baik, berguna,minimal untuk keluarga lah. Saat keluarga dekat menanyakan tentang obat yang di konsumsinya..lega banget klo tau, n bs membagi ilmu tp klo tidak tau??? Bingung, melongo, pasang tampang bego….bahhh…hanya bisa senyam-senyum malu.
Weksss..inilah nasib kalo jadi sarjana memble. Inilah kenyataan yang harus di hadapi karena saat kuliah dulu cuma rajin menyalin kerjaan teman, ini akibat dari sistem SKS (alias sistem kebut semalam), ini hasilnya kalo datang ngampus cuma dtg ngegosip, ini buktinya kalau sistem pendidikan yang agak kacau bin hancur :p (heheh menyalahkan sistem..padahal diri sendiri yang menghancurkan tatanan sistem), ini buah dari semangat untuk mendapatkan nilai A semata, bukan esensi pembelajaran itu sendiri…jadilah sarjana memble yang tak tahu apa-apa tentang dunia farmasi.
Daripada kelak dilabeli APOTEKER MEMBLE, sekaranglah saatnya sedikit demi sedikit mulai dari awal blajar agar stidaknya bisa mensejajarkan diri dengan teman2 baru yg hebat2..Blum tlat kok. Saatnya mengubah persepsi,kalo dulunya niatnya setengah2, krn feel nya d jurusan ini jg stengah2,sekarang dibulatkn dan FOKUS.. Jadikan profesi apoteker sebagai panggilan jiwa. Toh profesi apoteker jg profesi yang mulia….

D_I_A_M

Skr hanya ingin diam, mNikmati ksendirian tanpa harus mrasa ksepian.
Tetap teguh btahan dgn kyakinan u/ tetap istiQamah(smOga Allah mEmudahkn jLnku).
Krinduan yg ada dhati saAt ini hanya ingIn dperSembAhkn padaNya.saAt ini hidup LhI tlah pnuh dgn smangat u/ mraih cita2.Jd nda mau mcAmpuradukKn dgn yg lain.
Perlahan tp pasti..
Sdikit terengah memang, tp bukankah tidak ada usaha yg sia2??(mNguTip janji Allah dlm Alquran).
Smua jeriH payah pasti akan berbuah manis suatU hr nanti..PASTI..

Dan u/ urusan Cinta..biarlah ia bjalan seiring wktU.
Bila saAtnya tibA..Lhi yakin hati ini akan siap bkata “YES,I DO” kpd sSeorg yg dcintai n tentU sj mcintai…riGht?

TES DAN INTERPRETASI FECES

Pendahuluan

Feces ( tinja) normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Orang dewasa normal mengeluarkan 100 – 300 gram tinja per hari. Dari jumlah tesebut 60- 70% merupakan air dan sisanya terdiri dari substansi solid (10-20%) yang terdiri dari makanan yang tidak tercerna (selulosa), sisa makanan yang tidak terabsorbsi, sel- sel saluran pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri dan unsur- unsur lain (+ 30%). Tinja yang dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter cairan masuk dalam saluran cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran liang kolon.

Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan klinik pada umumnya masih kurang. Berlainan dengan pemeriksaan cairan tubuh lainnya, sampel tinja biasanya tidak dapat dikeluarkan pada waktu hendak diperiksa dan penderita biasanya enggan untuk mengumpulkan dan mengirimkannya untuk pemeriksaan. Hal yang sama dirasakan pula bila dokter, perawat atau pegawai laboratorium lain diminta untuk melakukan pemeriksaan tinja.

Tinja merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada tinja umumnya meliputi : Tes makroskopi, tes mikroskopi, tes kimia dan tes mikrobiologi.

Metode – metode

  1. Tes Makroskopi

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien : Pasien tidak dibenarkan makan obat pencehar sebelumnya. Preparat besi akan mempengaruhi warna tinja dan sebaiknya dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan obat- obat antidiare, golongan tetracycline, barium, bismuth, minyak atau magnesium akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

b. Persiapan sampel : Sampel sebaiknya tinja segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau tinja baru, defekasi spontan dan diperiksa dilaboratorium dalam waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).

Pasien diberitahu agar sampel tinja jangan tercampur dengan urin atau sekresi tubuh lainnya. Bila sarana laboratorium jauh dan membutuhkan waktu yang lebih lama, sampel sebaiknya diberi pengawet buffered glycerol saline.

c. Pengumpulan/ pengambilan sampel

1. Wadah : Pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan bersih. Beri label : nama, tanggal, nomor pasien, jenis kelamin, umur, diagnosis awal. Tinja tidak boleh mengenai bagian luar wadah dan diisi jangan terlalu penuh. Kertas toilet tidak dibenarkan sebagai wadah tinja oleh karena mengandung bismuth.

2. Cara pengambilan :

a. Tinja segar : sebaiknya tinja pagi hari atau tinja baru dan defekasi spontan. Ambil tinja bagian tengahnya sebesar ujung ibu jari, masukkan kedalam wadah  dan tutup  rapat.

b. Rectal swab

c. Anal swab ( jarang dilakukan )

2. Analitik

Alat

  1. Lidi atau spatel kayu
  2. Kapas lidi

Cara kerja

  1. Sampel diperiksa ditempat yang terang
  2. Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lender, nanah, cacing dll.

3. Pasca Analitik

Hasil dan interpretasi

  1. Warna : normal tinja berwarna kuning coklat. Warna tinja yang abnormal dapat disebabkan atau berubah oleh pengaruh jenis makanan, obat- obatan dan adanya perdarahan pada saluran pencernaan
  2. Bau : bau normal tinja disebabkan olah indol, skatol dan asam butirat. Tinja yang abnormal mempunyai bau tengik, asam, basi.
  3. Konsistensi : tinja normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti sosis
  4. Lendir : Adanya lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Lendir pada bagian luar tinja, lokasi iritasi mungkin pada usus besar dan bila bercampur dengan tinja, iritasi mungkin pada usus kecil.
  5. Darah : Normal tinja tidak mengandung darah. Perhatikan apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam, apakah bercampur atau hanya dibagian luar tinja saja.
  6. Parasit : Cacing mungkin dapat terlihat
Warna Tidak Patologis Patologis
Coklat, Coklat tua, kuning coklat, coklat tua sekali Oksidasi normal dari pigmen empedu

Dibiarkan lama diudara

Makanan yang mengandung banyak daging

 

Hitam Makanan mengandung zat besi , bismuth Pendarahan disaluran cerna bagian proksimal
Abu- abu / putih Makanan mengandung coklat Steatore (konsistensi  seperti bubur dan berbuih)
Abu- abu muda sekali Makanan mengandung banyak bahan susu barium Obstruksi saluran empedu
Hijau atau kuning hijau Makanan mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain. Pencahar berasal dari sayuran. Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum sempat teroksidasi
Merah Makanan yang mengandung banyak lobak merah (bit) Pendarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal

Tabel 1. Keadaan yang mempengaruhi warna tinja

  1. Tes Mikroskopi
  2. Pra Analitik

Persiapan sampel dan persiapan pasien sama dengan tes makroskopi

  1. Analitik
    1. Alat
      1. Lidi/ kapas lidi
      2. Kaca objek
      3. Kaca penutup
      4. Mikroskop
      5. Reagen : Larutan eosin 2%, larutan lugol, larutan NaCl 0,9%
  2. Cara kerja
    1. Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes larutan eosin 2% atau larutan lugol
    2. Ambil tinja dibagian tengahnya atau pada permukaan yang mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi
    3. Aduk sampai rata pada masing- masing larutan
    4. Tutupi dengan kaca penutup
    5. Periksa dibawah mikroskop, mula- mula dengan pembesaran 10x kemudian 40x.  Amati apakah ada telur cacing, amuba, eritrosit, leukkosit, sel epitel, Kristal, sisa makanan dll

  1. Pasca Analitik

Hasil dan interpretasi

  1. Sel epitel. Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proksimal, sel- sel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus.
  2. Makrofag. Sel- sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis, dalam plasmanya sering dilihat sel- sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda- benda lain. Dalam preparat natif ( tanpa pewarnaan) sel- sel itu menyerupai amuba : perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
  3. Lekosit. Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan lain- lain, jumlah lekosit yang ditemukan banyak menjadi besar.
  4. Eritrosit. Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam kolon, rectum atau anus. Keadaan ini selalu bersifat patologis.
  5. Kristal- Kristal. Pada umumnya tidakk banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat Kristal- Kristal tripelfosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai Kristal Charcot-Leyden dan Kristal hematoidin. Kristal Charcot-Leyden biasanya ditemukan pada keadaan kelainan  ulseratif usus, khususnya amubiasis. Kristal hematoidin dapat ditemukan pada perdarahan usus.
  6. Sisa makanan. Hampir selalu dapat ditemukan tertentu dikaitkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun- daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari makanan daun- daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastic, dll. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol : pati (amilum) yang tidak sempurna dicerna tampak seperti butir- butir biru atau merah. Larutan jenuh Sudan III dan Sudan IV dalam alcohol 70% juga dipakai : lemak netral menjadi tetes- tetes merah atau jingga.
  7. Telur cacing. Ascaris lumricoides, Necator  americanus, Enterobius vermicularis Trichiurus trichiura, Strongyloides stercoralis, dan sebagainya, juga yang termasuk genus cestodas dan trematodas mungkin didapat.
Makroskopi/ Mikroskopi Penyebab
Butir, kecil, keras, warna tua Konstipasi
Volume besar, berbau dan mengambang Malabsorbsi zat lemak atau protein
Rapuh dengan lendir tanpa darah Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot- jonjot
Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata) Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
Hitam, mudah melekat seperti ter Perdarahan saluran cerna bagian atas
Volume besar, cair, sisa padat sedikit Infeksi non-invasif (kolera, E.coli  keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)
Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit
Agak lunak, putih abu- abu sedikit Obstruksi jaundice, alkoholik
Cair bercampur lendir dan eritrosit Tifoid, kolera, amubiasis
Cair bercampur lendir dan leukosit Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus
Lendir dengan nanah dan darah Kolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC akut

Tabel 2. Beberapa diagnostic pada tes makroskopik dan mikroskopik tinja

  1. TES KIMIA

Tes darah samar ( Occult blood Test ) cara Guaiac

  1. Pra Analitik
    1. Tujuan  : Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopi.
    2. Persiapan pasien : perlu dihindari zat- zat yang mengandung besi, vitamin c, bromide, iodide, makanan yang mengandung mioglobin (daging), klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari. bila ditakutkan adanya perdarahan gusi yang mungkin tertelan, penderita sebaiiknya tidak gosok gigi. perlu diperhatikan juga agar tinja tidak tercampur dengan urin. Beberapa obat- obat dapat memberikan hasil positif palsu, misalnya aspirin, salisilat, steroid, indometasid, NSAIDS, antikoagulan, preparat besi, iodium.
    3. Persiapan Sampel : Tidak ada persiapan khusus
    4. Prinsip : Pembebasan O2 dari H2O2 menunjukkan adanya aktifitas peroksidase molekul hemoglobin dan pelepasan oxidizes gum guaiac akan menghasilkan produk oksidasi yang berwarna biru.
    5. Analitik
      1. Alat dan Bahan
        1. Tabung Reaksi
        2. Aquadest atau larutan NaCl 0,9 %
        3. Serbuk Gum guaiac 3 gram
        4. Alkohol 95 %
        5. Asam asetat glasial
        6. Hidrogen peroksidase (H2O2) 3%
  2. Cara Kerja
    1. Buatlah emulsi tiinja dalam tabung reaksi dengan air atau dengan larutan garam kira- kira 5-10 ml dan panaskan hingga mendidih
    2. Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin, dan tambahkan 1 ml asam asetat glasial, campur
    3. Dalam tabung reaksi kedua masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac dan 2 ml alcohol 95% campur.
    4. Tuanglah secara hati- hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah
    5. Berikan 1 ml hydrogen peroksidase 3%, campur.
    6. Hasil positif  terlihat dari warna biru yang terjadi pada batas kadua lapisan itu
    7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan warna yang timbul.
  3. Interpretasi Hasil

negative   : tidak ada perubahan warna atau hijau samar- samar

Positif 1    : hijau

Positif 2    : Biru- hijau

Positif 3    : Biru

Positif 4    : biru tua

  1. Pasca Analitik
    1. Interpretasi klinik :

Tes darah samar positif mungkin disebabkan oleh : karsinoma kolon, Colitis ulcerative, Adenoma, Hernia diapragmatik, karsinoma lambung, Divertikulitis, Ulkus lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Narang B,S and Reynolds T. Stool Examination, In Medical Laboratory Technology A Procedure manual for Ruotine Diagnoctic Test, Vol.II, Tata Mc Graw hill Publisching Co Limited, New Delhi, 1988 ; 880-891

Widmann FK. Tinjauan Klinis atas Hasil pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995 ; 571- 584

Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott Philadelphia, New York, 1998; 254-276

Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541

Burtis CA. Fecal Collection in Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Fourth Ed, WB Sounders Company, 1996; 722-723.

Pemeriksaan tinja. Dalam Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium puskesmas, Pusat Lab. Kesehatan Bekerja sama dengan  Dit. jend. Binkesmas, Jakarta, 1991 ; 63-67

Ganda Subrata. R. Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke-9, Dian Rakjat, Jakarta, 1999; 180- 185

Standar Pelayanan Medis FK-UNPAD-RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung, 1996; 38-40

Prianto J, dkk. Atlas Parasitologi Kedokteran, Cetakan ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999.

ANTIBIOTIK

Pengantar

Antibiotik merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomicetes), mampu menekan pertumbuhan mikroba lain dan mungkin membinasakan. Ada berpuluh-puluh antibiotik yang berharga untuk terapi penyakit infeksi. Mereka berbeda satu sama lain dalam beberapa hal seperti sifat fisika, kimia, farmakologis, spektrum antibakteri atau mekanisme kegiatannya. Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas bakterisid bersifat membinasakan mikroba lain. Antibiotik tertentu aktivitasnyadapat ditingkatkan daribakteriostatik menjadi bakterisid bila konsentrasinya ditingkatkan. Antibiotik yang baik idealnya mempunyai aktivitas antimikroba yang efektip dan selektip serta mempunyai aktivitas bakterisid. Antibiotik menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara bakteriostatik atau bakterisid. Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan reaksi yang esensiil untuk pertumbuhan.

Antibiotik tertentu dapat menghambat beberapa reaksi. Reaksi tersebut ada yang esensiil untuk pertumbuhan dan ada yang kurang esensiii. Penghambatan pada beberapa reaksi dapat terjadi secara langsung yaitu antibiotik langsung memblokir beberapa reaksi tersebut, namun masing-masing reaksi memerlukan konsentrasi antibiotik yang berbeda.

Berdasarkan mekanisme aksinya yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, maka antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (www.beritaiptek.com) :

1)    Menghambat sintesa dinding sel, seperti penisilin.

2)    Mengganggu sintesa protein bakteri seperti kloramfenikol.

3)    Menghambat sintesa asam folat, seperti sulfonamide.

4)    Mengganggu sintesa DNA, seperti kinolon.

5)    Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):

1.  Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G

2.  Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid

3.  Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline

4.  Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin

5.  Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan Antimetabolit, misalnya azaserine.

Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja antibiotika tersebut pada kuman, yakni

1. Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.

2. Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin.

3. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.

4. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam nalidiksat, novobiosin,pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim.

ANTIBIOTIK PENGHAMBAT SINTESIS DINDING SEL MIKROBA

Ada antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis ensim atau inaktivasi ensim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.

Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu Sintesis peptidoglikan. Dinding sel bakteri menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi bagian dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Di dalam sel terdapat sitoplasma ailapisi dengan membran sitoplasma yang merupakan tempat berlangsungnya proses biokimia sel. Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa lapisan. Pada bakteri gram positip struktur dinding selnya relatip sederhana dan gram negatip relatip lebih komplek.
Dinding sel bakteri gram positip tersusun atas lapisan peptidoglikan relatip tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa species mempunyai lapisan polisakarida. Dinding sel bakteri gram negatip mempunyai lapisan peptidoglikan relatip tipis, dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein.

Peptidoglikan pada kedua jenis bakteri merupakan komponen yang menentukan rigiditas pada gram positip dan berperanan pada integritas gram negatip. Oleh karena itu gangguan pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan dapat menyebabkan kematian sel. Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram positip. Aktivitas penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama pertumbuhan sel dan aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media untuk mencegah pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti mikobakteria dan halobakteria mempunyai peptidoglikan relatip sedikit , sehingga kurang terpengaruh oleh antibiotik grup ini.

Sel selama mensintesis peptidoglikan memerlukan ensim hidrolase dan sintetase. Untuk menjaga sintesis supaya normal, kegiatan kedua ensim ini harus seimbang satu sama lain. Bio-sintesis peptidoglikan berlangsung dalam beberapa stadium dan antibiotik pengganggu sintesis peptidoglikan aktip pada stadium yang berlainan. Sikloserin terutama menghambat ensim racemase dan sintetase yang berperan dalam pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada stadium kedua diikuti oleh basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu menghambat transpeptidase.

Perbedaan antara sel mamalia dan bakteri yaitu dinding sel luar bakteri tebal dengan membran sel menentukan bentuk sel dan memberi ketahanan terhadap tekanan osmotik. Karena struktur dinding sel mamalia tidak sama dengan dinding gel bakteri, maka antibiotik yang mempunyai aktivitas mengganggu sintesis dinding sel mempunyai toksisitas selektif sangat tinggi. Oleh karena itu antibiotik tipe ini merupakan antibiotik yang sangat berharga.

1. GOLONGAN PENISILIN.

Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin

ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:

– Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat.Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.

-Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.

– Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim penisilinase.

-Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.

Mekanisme kerja :

Penisilin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpeptidase atau ikatan silang ), sehingga membran kurang stabil secara osmotic. Kemudian terjadi lisis,  sehingga penisilin disebut bakterisidal (Mycek, 2000).

Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut  (Tjay, 2002):

a)    Zat – zat spectrum sempit : benzilpenisilin, penisilin V dan fenetisilin. Zat – zat ini aktif terhadap kuman Gram positif dan diuraikan oleh penisilinase.

b)    Zat – zat tahan laktamse : metisilin, kloksasilin dan flukloksasilin. Zat ini hanya aktif terhadap Stafilokok dan Streptokok. Asam klavulanat, sulbaktam dan tazobaktam memblokir laktamse dan dengan demikian menjamin aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.

c)    Zat – zat spectrum luas : Ampisilin dan amoksisilin aktif terhadap kuman-kuman Gram positif kecuali antara lain Pseudomonas, Klebsiella dan B.fragilis. tidak tahan laktamse maka sering  digunakan terkombinasi dengan suatu laktamse blocker.

d)    Zat – zat anti Pseudomonas : tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika spectrum luas ini meliputi lebih banyak kuman Gram negatif termasuk Pseudomonas, Proteus, klebsiella dan bacteroides fragilis. Tidak tahan laktamse dan umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase blocker.

Farmakokinetik (Mycek, 2000) :

a)    Pemberian :

  1. Cara pemberian : contohnya metisilin dan tikarsilin serta kombinasi piperasilin dengan tazobaktam hnaya diberikan secara intravena (IV) atau intramuscular (IM), penisilin V, amoksisilin serta kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat hanya tersedia dalam bentuk oral.
  2. Bentuk depot : prokain penisilin Gdapat diberikan secara intramuscular dan dalam bentuk depot. Obat ini diabsorbsi ke dalam sirkulasi secara lambat dan pada waktu yang lama.

b)    Absorbsi :

Kebanyakan penisilin diabsorbsi secara tidak lengkap setelah pemberian oral dan mencapai intestinum dalam jumlah yang cukup untuk mempengaruhi komposisi flora intestinal . absorbs penisilin G dan semua penisilin menurun dengan adanya makanan dalam lambung karena waktu pengosongan lambung diturunkan dan obat dihancurkan dalam lingkungan asam, oleh karena itu obat-obat ini harus diberikan 30-60 menit sebelum makan atau 2-3 jam setelah makan.

c)    Distribusi:

Semua penisilin melewati sawar plasenta tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik.

d)    Metabolisme :

Metabolisme obat-obat tersebut dalam tubuh pejamu biasanya tidak bermakna, tetapi beberapa metabolismee penisilin G seperti yang ditunjukkan terjadi pada penderita gagal ginjal.

e)    Ekskresi :

Jalan utama ekskresi melalui system sekresi asam organic (tubulus) di ginjal, sama seperti filtrasi glomelurus.

Efek samping (Mycek, 2000):

Hipersensitivitas dimana sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit yang kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioedema (ditandai dengan bengkak dibibir, lidah dan area periobarbital) serta anafilaktik, kemudian diare yang disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal normal dan sering terjadi, nefritis, neurotoksisitas, serta bias terjadi gangguan fungsi pembentukan darah.

2. GOLONGAN SEFALOSPORIN.

Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika

sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:

– Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.

– Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.

– Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam.

Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.

Penggolongan Sefalosporin

Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya.

Berikut pembagian generasi Sefalosporin :

No.

Nama Generasi Cara Pemberian Aktivitas Antimikroba
1. Cefadroxil 1 Oral Aktif terhadap kuman gram positif dengan keunggulan dari Penisilin aktivitas nya terhadap bakteri penghasil Penisilinase
2. Cefalexin 1 Oral
3. Cefazolin 1 IV dan IM
4. Cephalotin 1 IV dan IM
5. Cephradin 1 Oral IV dan IM
6. Cefaclor 2 Oral Kurang aktif terhadap bakteri gram postif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif; misalnya H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella
7. Cefamandol 2 IV dan IM
8. Cefmetazol 2 IV dan IM
9. Cefoperazon 2 IV dan IM
10. Cefprozil 2 Oral
11. Cefuroxim 2 IV dan IM
12. Cefditoren 3 Oral Golongan ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kuman gram positif, tetapi jauh lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil Penisilinase.
13. Cefixim 3 Oral
14. Cefotaxim 3 IV dan IM
15. Cefotiam 2 IV dan IM
16. Cefpodoxim 3 Oral
17. Ceftazidim 3 IV dan IM
18. Ceftizoxim 3 IV dan IM
19. Ceftriaxon 3 IV dan IM
20. Cefepim 4 Oral IV dan IM Hampir sama dengan generasi ketiga
21. Cefpirom 4 Oral IV dan IM

Indikasi Klinik

Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas.

Adapun indikasi dari masing Sefalosporin sebagai berikut :

Cefadroxil dan Cefalexin

Obat golongan Cefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri pada kulit, tenggorokan, dan infeksi kandung kemih. Antibiotik ini tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi lain yang disebabkan virus.

Cefazolin

Cefazolin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi pada kandung empedu dan kandung kemih, organ pernafasan, genito urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit atau luka.

Cephalotin

Obat golongan Sefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran nafas, genito-urinaria, pasca operasi, otitis media dan septikemia.

Cefaclor dan Cefixim

Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti pneumonia dan infeksi pada telinga, paru-paru, tenggorokan, saluran kemih dan kulit.

Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon

Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing.

Cefmetazol

Cefmetazol lebih aktif daripada Sefalosporin golongan pertama terhadap gram positif Proteus, Serritia, kuman anaerobik gram negatif (termasuk B. fragilis) dan beberapa E.coli, Klebsiella dan P. mirabilis, tetapi kurang efektif dibandingkan Cefoxitin atau Cefotetan melawan kuman gram negatif.

Cefoperazon dan Ceftazidim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi termasuk paru-paru, kulit, sendi, perut, darah, kandungan, dan saluran kemih.

Cefprozil

Obat Sefalosporin ini mengobati infeksi seperti Otitis Media, infeksi jaringan lunak dan saluran nafas.

Cefuroxim

Cefuroxim digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit.

Cefotaxim

Cefotaxime digunakan untuk mengobati Gonore, infeksi pada ginjal (pyelonephritis), organ pernafasan, saluran kemih, meningitis, pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit dan jaringan lunak.

Cefotiam

Memiliki aktivitas spetrum luas terhadap kuman gram negatif dan positif, tetapi tidak memiliki aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa.

Cefpodoxim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, Bronkitis, Gonore dan infeksi pada telinga, kulit, tenggorokan dan saluran kemih.

Cefepim

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, kulit, dan saluran kemih.

Cefpirom

Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi pada darah atau jaringan, paru-paru dan saluran nafas bagian bawah, serta saluran kemih

3. VANKOMISIN

Vankomisin adalah suatu gliko peptide trisiklik yang penting karena efektifitasnya terhadap organisme resisten multiobat seperti stafilokokus resisten matisilin (Mycek, 2000).

Mekanisme kerja:

Vankomisin menghambat sintesis fosfolipid dinding sel bakteri serta polymerase peptidoglikan pada tempat yang lebih dulu dibandingkan tempat yang dihambat oleh antibiotik beta laktam.

Mencegah pemindahan prekusor dinding sel dari membran plasma ke dinding sel (www.farklin.com)

Farmakokinetik :

Metabolisme minimal 90-100% diekskresikan oleh filtrasi glomelurus , waktu paruh normal 6-10 jam dan dibandingkan dengan pasien penyakit ginjal akan berakhir lebih dari 200 jam (Mycek, 2000) .

Efek samping :

Vankomisin merupakan masalah serius dan dapat berupa demam, menggigil atau flebitis pada tempat infus. Syok pada terjadi pada pemberian infus yang cepat. Maka kemerahan dan syok terjadi akibat lepasnya histamin yang disebabkan infus cepat. Hilangnya pendengaran berkaitan dengan dosis terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengakibatkan akumulasi obat (Mycek, 2000).

4. BASITRASIN

Obat ini aktif terhadap berbagai macam organism Gram positif, penggunaannnya terbatas untuk penggunaan topical karena potensinya menimbulkan nefrotoksisitas. Obat ini dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Inggris, 1945) (Tjay, 2002).

Mekanisme kerja:

Menghambat daur ulang pembawa (carrier) yang mengangkut prekusor dinding sel melintasi membran plasma (www.farklin.com)

Kegunaan klinis :

Organisme Gram positif  yang menyebabkan infeksi mata dan kulit (www.farklin.com).

Farmakokinetik :

Dipasarkan dalam kombinasi dengan polimiksin atau neomisin sebagai zat topical (www.farklin.com)

Efek Samping :

Nefrotoksisitas berat jika diberikan secara intravena (IV) (www.farklin.com).

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan mekanisme aksinya yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, maka antibiotik dikelompokkan dalam salah satu golongan diantaranya golongan antibiotik yang mengganggu sintesa dinding sel. Adapun obat – obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :

1)    Penicillin

Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan resistensinya terhadap laktamase sebagai berikut :

a.  Zat – zat spectrum sempit : benzilpenisilin

b.  Zat – zat tahan laktamase : metisilin

c.  Zat – zat spectrum luas : Ampisilin

d.  Zat – zat anti Pseudomonas : tikarsilin

2)    Sefalosporin

a.  Generasi pertama  misalnya : sefalotin

b.  Generasi kedua misalnya : sefamandol

c.  Generasi ketiga misalnya : sefotaksim

3)    Vankomisin

4)    Bastrasin

5)    Aztreonam

DAFTAR PUSTAKA

Mycek Mary J, 2000, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika:Jakarta.

Tjay Tan Hoan, 2002, Obat – Obat Penting, PT.Elex Media Komputindo : Jakarta.

www.cerminduniakedokteran.com

www.beritaiptek.com

www.farklin.com

HEPATOPROTEKTOR

HATI merupakan organ terbesar di dalam tubuh, memiliki berat 1500 g pada manusia dewasa normal yang diperkirakan sekitar 2,5 % dari berat badan. Terletak di bawah tulang iga, dalam rongga perut sebelah kanan.

Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibentuk oleh ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson. Pada bagian tengah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantara pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong sebagai makrofage/sel kupfer. Sel kupfer adalah sistem sistem monosit –makrofag, yang fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.

clip_image002

Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disini empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali oleh dinding kandung empedu. Empedu yang dibentuk di hepatosit diekskresi kedalam kanikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yg makin lama makin besar hingga menhadi sal empedu besar (duktus koledokus).

untitled

Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan vertebrata Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari lemak dalam dietnya.

Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak, sehingga hati merupakan organ tubuh yang sangat penting dalam menunjang kesehatan dan kehidupan. Berbagai fungsi penting dari hati adalah sebagai berikut :

  • Detoksifikasi zat-zat toksis, yaitu menyaring segala macam zat yang masuk kedalam tubuh menetralkan dan membuangnya ke luar tubuh. Fungsi detoksikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konyugasi zat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiolodia tidak aktif.
  • Mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu, Empedu tdd air 97%, elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutam alesitin), kolesterol, pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting utntuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Setelah diolah bakteri usus halus, maka sebagian garam empedu akan direabsorbsi di ileus , megalami resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjungasi dan diskeresi.
  • Menyimpan lemak dan glikogen serta albumin, Hati berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
  • Mensintesis protein plasma darah, fungsi metabolisme hati yg lain adalah metabolisme lemak; penyimpanan vitamain, besi  dan tembaga; konyugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksikasi zat endogen dan eksogen.
  • Merombak eritrosit yang rusak.
  • Eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak.
  • Menghasilkan suatu hormone.

Hati berperan dalam hampir setiap fungsi metabolic tubuh. Hati memiliki kapasitas cadangan yg besar, hanya dengan 10-20% jaringan yg berfungsi, hati masih dapat mempertahankan kehidupan. Destruksi total atau pembuangan hati menyebabkan kematian dalam 10jam. Kemampuan regenerasi hati sangat mengagumkan.

Penyakit Hati

1. Hepatitis (radang hati)

ditimbulkan oleh :

  • Infeksi virus-virus hepatitis
  • Infeksi demam kuning yang menyumbat saluran empedu
  • Zat-zat kimia atau obat-obat tertentu dan terlalu banyak alkohol.

Karena banyaknya penyebab tersebut sehingga dikenal Hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. hepatitis B dan C dianggap paling berbahaya karena menimbulkan kerusakan hati tetap.

Gejala hepatitis : kulit dan putih mata menjadi kuning, karena zat warna empedu (bilirubin) tidak diuraikan lagi olah hati dan dikeluarkan ke dalam darah, gangguan lambung, nyeri otot, yeri perut dll. Tinja hilang warna dan kemih berwarna gelap.

  • Hepatitis A virus/HAV : inspeksi sembuh sendiri (spontan) dengan istirahat dan pengaturan diet (tanpa lemak) dalam waktu 4-8 minggu.
  • HBV :  prevensi dapat dilakukan dengan vaksinasi (HB vax) terbuat dari antigen-permukaan HBV rekombinan). Vaksin memberikan perlindungan sampai beberapa tahun. Pengobatan dengan antiviral Lamivudindan Alfa interperon

HBC :   berlangsung lambat tanpa gejala, penularan sama seperti HIV. Pengobatan derngan Alfa interperon

  1. 2. Sirosis Hati

Sirosis adalah penyakit hati kronik yang ditandai oleh distorsi arsitektur hari yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yg tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodula ini dapat mengecil (mmikronodular) atau membesar (makro nodular). Sirosis mengganggu sirkualsi enterohepatik darah, dan pada kasus yg lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati.

Sirosis hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, karena alkohol, salah gizi, atau karena penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran empedu. Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengobati komplikasi yang terjadi (seperti muntah dan berak darah, asites/perut membesar, mata kuning serta koma hepatikum.

  1. 3. Kanker Hati

Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.

  1. 4. Perlemakan Hati

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari berat hati atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis)

  1. 5. Kolestasis

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi dan /atau pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin menjadi lebih gelap, sedangkan faeces lebih terang.

  1. 6. Ikterus

Penimbunan pigmen empedu dalam tubuh menyebabkan warna kuning pada jaringan yang dikenal sebagai ikteris. Ikterus dideteksi pada sklera (bagina mata yg putih), kulit atau kemih yang menjadi gelap bila bilirubih mencapai 2 sampai 3 mg / 100 ml.  Bilirubin serum normal adalah 0,2 sampai 0,9/100 ml. jaringan yang kaya elastinm seperti sklera dan permukaan bawah lidah, biasanya pertama kali menjadi kuning.

  1. 7. Hemokromatosis

Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetik/keturunan